Warna
air di perairan Pulau Ai, Kepulauan Banda, Maluku Tengah, tiba-tiba menjadi
merah (21/6/2015).
Fenomena itu membuat warga setempat geger dan panik. Banyak juga nelayan yang enggan
untuk melaut karena warnanya seperti darah.
Apa
sebenarnya penyebab perubahan air laut menjadi merah? Apakah benar itu
merupakan pertanda bencana akan terjadi atau tanda akhir zaman? Peneliti alga dari Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Boy Rahardjo Sidharta, mengatakan, "Kalau bukan
pencemaran kimiawi berupa zat warna, pasti itu fenomena red tide." Red tide merupakan perubahan air laut
menjadi merah yang disebabkan oleh ledakan populasi alga merah, jenis alga yang
sel-selnya kaya pigmen phycoerythrin. "Kalau
jumlahnya sedikit, tidak kelihatan merah. Tapi, ketika terjadi blooming yang
dalam 1 ml bisa berisi ribuan-jutaan sel, maka sangat jelas terlihat dengan
mata telanjang," kata Boy. Penyebab
ledakan populasi alga bisa beragam, mulai dari melimpahnya nutrien di laut atau
yang disebut eutrofikasi hingga pemanasan global.
Suhu
air laut yang meningkat akibat pemanasan global memicu peningkatan metabolisme
sel alga. Akibatnya, kecepatan pembelahan atau reproduksi alga juga meningkat. "Kalau sudah membelah cepat,
maka akan mendominasi dan perairan 'berubah' menjadi merah, atau hijau, coklat,
atau lainnya," kata Boy.
Ledakan
populasi bencana dalam kondisi tertentu, memang bisa memicu bencana bagi
perikanan dan nelayan. Alga
dalam jumlah besar akan membuat stok oksigen di perairan berkurang. Dampaknya,
banyak ikan akan mati. Blooming
bisa terjadi pada alga jenis apa pun. Kadang, alga yang mengalami blooming
adalah jenis yang beracun dan tidak mengakibatkan perubahan warna menjadi
merah. Bila yang terjadi adalah blooming
alga beracun (HAB), hal itu harus segera diatasi. Racun dari alga bisa meracuni
biota laut lain, bahkan membunuh manusia.
Salah
satu cara mengatasi blooming alga beracun adalah dengan menebar serbuk kimia
untuk menekan pertumbuhannya. Namun, cara itu tak ramah dan hanya memindahkan
masalah ke dasar laut.
Meski
demikian, belum ditemukan cara lain yang efektif untuk mengatasinya. Biasanya,
hanya muncul larangan mengonsumsi produk laut dari daerah yang dilanda HAB
untuk mencegah dampak buruk terhadap manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar